Sebanyak 17 warga dari tiga dusun di Desa Panton Rayeuk, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, mengalami pusing pusing, mual, sesak napas hingga muntah darah. Akibatnya mereka dilarikan ke rumah sakit (RS), Jumat (9/4/2021) pukul 14.08 WIB. Tujuh orang di antaranya dirujuk ke RS Zubir Mahmud, satu orang ke RS Graha Bunda, Idi, Aceh Timur, dan delapan orang diobservasi di puskesmas terdekat. Selain itu, 55 kepala keluarga (KK) yang terdiri atas 259 jiwa terpaksa mengungsi ke kantor camat setempat.
Keluhan yang dialami diduga disebabkan oleh kecelakaan kerja di lingkungan sebuah industri minyak dan gas (minyak) yang beroperasi di wilayah Aceh Timur, PT Medco. "Akibat pembakaran limbah sumur minyak PT Medco, sehingga masyarakat menderita keracunan gas," demikian info kejadian bencana yang Serambinews.com dapatkan dari Group WhatsApp Media Centre BPBA (Badan Penanggulangan Bencana Aceh), Sabtu (10/4/2021) dini hari. Petugas piket update data kebencanaan Aceh yang ditanyai Serambinews.com mengakui adanya peristiwa itu.
"Data dan laporannya kami dapatkan dari Pusdalops PB BPBD Kabupaten Aceh Timur. Jadi, informasinya sahih," kata petugas piket tersebut. Selaku salah satu piket, ia juga sudah melaporkan informasi kejadian itu kepada pimpinan BPBA. "Kejadian seperti ini kami golongkan kegagalan teknologi atau kecelakaan di lingkungan industri. Tergolong bencana nonalam," timpalnya.
Menurut sumber Serambinews.com tersebut, keracunan gas itu dirasakan dampaknya di tiga dusun dalam Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, yakni Dusun Matang Panyang, Matang Mamplam, dan Dusun Tuha. "Para korban yang sesak napas, mual, bahkan ada yang muntah darah itu, berasal dari ketiga dusun tersebut," terangnya. Namun, sejauh ini tidak ada korban jiwa.
Pihak BPBD Aceh Timur, telah melakukan respons cepat terhadap dampak bencana, di samping melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Misalnya, melakukan pendataan, evakuasi, memberi perawatan, dan merujuk korban ke RS dan puskesmas, serta senantiasa siaga terhadap kemungkinan terjadinya insiden lanjutan. Sumber Serambinews.com yang minta namanya tak ditulis itu mengatakan, kondisi terakhir di lokasi kejadian pada malamnya sudah aman terkendali.
Hingga kemarin sore masyarakat ada juga yang masih mengungsi di kantor camat, sambil menunggu arahan dari PT Medco untuk dibolehkan kembali ke rumah masing masing. Sementara itu, pihak Medco E&P Malaka mengaku terus mendampingi warga yang terdampak asap 'flare' di sekitar pabrik. Flare gas itu dalam bahasa Indonesia dinamakan gas suar.
Berasal dari gas dibakar yang keluar dari kilang minyak, karena tidak diperlukan, sebagai bagian dari pemrosesan. "Pemrosesannya memang menghasilkan asap," jelasnya. Berdasarkan press release Medco E&P Malaka kepada Serambinews.com, sebanyak 57 warga Desa Panton Rayeuk, Aceh Timur, yang terdampak asap dari kegiatan flaring gas sumur AS 11 telah mendapatkan pengobatan dari puskesmas dan diperbolehkan pulang.
Sedangkan sebelas orang lainnya saat ini tengah dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Tim Medikal Medco E&P Malaka terus mendampingi warga saat pengobatan di puskesmas dan rumah sakit. "Perusahaan akan terus memonitor kesehatan dan menyalurkan kebutuhan warga terdampak serta terus berkoordinasi dengan pihak puskesmas dan instansi terkait lainnya," ujar VP Relations & Security Medco E&P Indonesia Arif Rinaldi.
Menurutnya, Medco akan terus fokus menangani warga yang terdampak kejadian ini, baik terkait kesehatan maupun kebutuhan logistik mereka. Sumur AS 11 saat ini sedang dalam proses perawatan rutin. Perusahaan pun telah menghentikan aliran sumur tersebut, segera setelah mendapatkan informasi pada Jumat (9/4/2021) pagi tentang adanya insiden yang tak disangka sangka itu.